style="-webkit-tap-highlight-color: transparent;" />
“Demikianlah [perintah Allah]. Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah [1] maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”.
Qalbu merupakan alat dimana manusia dapat memperoleh ilmu:
أَفَلَمۡ يَسِيرُواْ فِى ٱلۡأَرۡضِ فَتَكُونَ لَهُمۡ قُلُوبٌ۬ يَعۡقِلُونَ بِہَآ أَوۡ ءَاذَانٌ۬ يَسۡمَعُونَ بِہَاۖ فَإِنَّہَا لَا تَعۡمَى ٱلۡأَبۡصَـٰرُ وَلَـٰكِن تَعۡمَى ٱلۡقُلُوبُ ٱلَّتِى فِى ٱلصُّدُورِ
“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”.
وَمِنۡہُم مَّن يَسۡتَمِعُ إِلَيۡكَۖ وَجَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِہِمۡ أَكِنَّةً أَن يَفۡقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِہِمۡ وَقۡرً۬اۚ وَإِن يَرَوۡاْ ڪُلَّ ءَايَةٍ۬ لَّا يُؤۡمِنُواْ بِہَاۚ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوكَ يُجَـٰدِلُونَكَ يَقُولُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِنۡ هَـٰذَآ إِلَّآ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ
“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan [bacaan] mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka [sehingga mereka tidak] memahaminya dan [Kami letakkan] sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda [kebenaran], mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: “Al Qur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu”.
Karakteristik dan Fungsi-fungsi Qalbu
Secara etimologi, pada dasarnya qalbu lebih bersifat labil dan suka bolak balik, kecuali yang mendapat bimbingan ilahi. Seperti keterusikan qalbu Nabi Ibrahim, tentang bagaimana Tuhan menghidupkan yang telah mati. Peristiwa ini bukan keraguan Nabi Ibrahim atas hari kiamat, melainkan ia ingin melihat dengan mata telanjang bagaimana cara Allah menghidupkan yang telah mati, sekalipun hal itu rahasia Ilahi dan demi menentramkan hatinya.
Karakteristik atau sifat-sifat qalbu banyak diungkapkan, baik dalam al-Qur’an maupun pada hadis-hadis Nabi SAW. Secara umum, beriliku adalah beberapa sifat dan karakter dari qalbu.
Qalbu berfungsi sebagai alat ma’rifah, memiliki pemahaman dalam diri manusia dan akal. Pengertian ini ditunjukkan oleh Allah dalam firmannya pada QS. Qaf ayat 37:
إِنَّ فِى ذَٲلِكَ لَذِڪۡرَىٰ لِمَن كَانَ لَهُ ۥ قَلۡبٌ أَوۡ أَلۡقَى ٱلسَّمۡعَ وَهُوَ شَهِيدٌ۬
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”.
Qalbu adalah sesuatu yang menyebabkan terciptanya ketentraman melalui kegiatan berzikir. Firman Allah dalam QS. al-Ra’ad ayat 28:
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَٮِٕنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِڪۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَٮِٕنُّ ٱلۡقُلُوبُ
“[yaitu] orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingati Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram”.
Qalbu kadang tertutup/terkunci. Sesuatu yang menyebabkan qalbu tertutup adalah penyakit-penyakit rohani semisal kedengkian, kesombongan, dan sikap menentang kebenaran. Hati seseorang tertutup sering juga disebut dengan “keras hati” atau “hati yang sakit”, dalam artian ia menolak apapun yang datang kepadanya. Dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 7 Allah berfirman:
خَتَمَ ٱللَّهُ عَلَىٰ قُلُوبِهِمۡ وَعَلَىٰ سَمۡعِهِمۡۖ وَعَلَىٰٓ أَبۡصَـٰرِهِمۡ غِشَـٰوَةٌ۬ۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬
“Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka [1] dan penglihatan mereka ditutup [2]. Dan bagi mereka siksa yang amat berat”.
Penyakit ruhani yang bersarang di hati seseorang akan susah disembuhkan, karena saat ia bersarang akan cenderung terus dan bekembang sehingga seluruh hatinya menjadi sakit. Saat dimana hati seseorang sudah mengalami sakit secara keseluruhan, maka kebenaran apapun yang datang tidak akan diterima/dipahami sebagai kebenaran dan mempengaruhi anggota badan yang lain untuk menolak kebenaran tersebut. Allah berfirman dalam QS al-Baqarah ayat 10, dan QS al-An’am ayat 25:
فِى قُلُوبِهِم مَّرَضٌ۬ فَزَادَهُمُ ٱللَّهُ مَرَضً۬اۖ وَلَهُمۡ عَذَابٌ أَلِيمُۢ بِمَا كَانُواْ يَكۡذِبُونَ
“Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”.
وَمِنۡہُم مَّن يَسۡتَمِعُ إِلَيۡكَۖ وَجَعَلۡنَا عَلَىٰ قُلُوبِہِمۡ أَكِنَّةً أَن يَفۡقَهُوهُ وَفِىٓ ءَاذَانِہِمۡ وَقۡرً۬اۚ وَإِن يَرَوۡاْ ڪُلَّ ءَايَةٍ۬ لَّا يُؤۡمِنُواْ بِہَاۚ حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءُوكَ يُجَـٰدِلُونَكَ يَقُولُ ٱلَّذِينَ كَفَرُوٓاْ إِنۡ هَـٰذَآ إِلَّآ أَسَـٰطِيرُ ٱلۡأَوَّلِينَ
“Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan [bacaan] mu, padahal Kami telah meletakkan tutupan di atas hati mereka [sehingga mereka tidak] memahaminya dan [Kami letakkan] sumbatan di telinganya. Dan jikapun mereka melihat segala tanda [kebenaran], mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: “Al Qur’an ini tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu”.
Al-Qur’an menggambarkan qalbu memiliki bermacam-macam, lammah(lintasan/bisikan/kecenderungan). Ada lammah malakiyah/lammah muthmainnah (cenderung kepada kebaikan), lammah syaithaniyah (kecenderungan/bisikan untuk berbuat maksiat), atau disebut juga lammah ammarah bi al-su’ dan lammah lawwamah (bisikan yang labik), yaitu dimana terjadi tarik menarik antara dorongan berbuat baik dan kesenangan berbuat maksiat.
"Allah mengisyaratkannya dalam QS al-Hajj ayat 53-54:
يَجۡعَلَ مَا يُلۡقِى ٱلشَّيۡطَـٰنُ فِتۡنَةً۬ لِّلَّذِينَ فِى قُلُوبِہِم مَّرَضٌ۬ وَٱلۡقَاسِيَةِ قُلُوبُهُمۡۗ وَإِنَّ ٱلظَّـٰلِمِينَ لَفِى شِقَاقِۭ بَعِيدٍ۬ (٥٣) وَلِيَعۡلَمَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ أَنَّهُ ٱلۡحَقُّ مِن رَّبِّكَ فَيُؤۡمِنُواْ بِهِۦ فَتُخۡبِتَ لَهُ ۥ قُلُوبُهُمۡۗ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَهَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِلَىٰ صِرَٲطٍ۬ مُّسۡتَقِيمٍ۬ (٥٤)
“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan oleh syaitan itu, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang kasar hatinya. Dan sesungguhnya orang-orang yang zalim itu, benar-benar dalam permusuhan yang sangat, (53) dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi Petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (54)”.
Qalbu merupakan salah satu gejala dari perangkat hakikat manusia, karena iman seseorang mendapatkan keimanan di dalamnya. Allah menyatakan dalam QS. al-Maidah ayat 41:
يَـٰٓأَيُّهَا ٱلرَّسُولُ لَا يَحۡزُنكَ ٱلَّذِينَ يُسَـٰرِعُونَ فِى ٱلۡكُفۡرِ مِنَ ٱلَّذِينَ قَالُوٓاْ ءَامَنَّا بِأَفۡوَٲهِهِمۡ وَلَمۡ تُؤۡمِن قُلُوبُهُمۡۛ وَمِنَ ٱلَّذِينَ هَادُواْۛ سَمَّـٰعُونَ لِلۡڪَذِبِ سَمَّـٰعُونَ لِقَوۡمٍ ءَاخَرِينَ لَمۡ يَأۡتُوكَۖ يُحَرِّفُونَ ٱلۡكَلِمَ مِنۢ بَعۡدِ مَوَاضِعِهِۦۖ يَقُولُونَ إِنۡ أُوتِيتُمۡ هَـٰذَا فَخُذُوهُ وَإِن لَّمۡ تُؤۡتَوۡهُ فَٱحۡذَرُواْۚ وَمَن يُرِدِ ٱللَّهُ فِتۡنَتَهُ ۥ فَلَن تَمۡلِكَ لَهُ ۥ مِنَ ٱللَّهِ شَيۡـًٔاۚ أُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ لَمۡ يُرِدِ ٱللَّهُ أَن يُطَهِّرَ قُلُوبَهُمۡۚ لَهُمۡ فِى ٱلدُّنۡيَا خِزۡىٌ۬ۖ وَلَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ۬
“Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera [memperlihatkan] kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: “Kami telah beriman”, padahal hati mereka belum beriman; dan [juga] di antara orang-orang Yahudi. [Orang-orang Yahudi itu] amat suka mendengar [berita-berita] bohong dan amat suka mendengar perkataan-perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; mereka merobah perkataan-perkataan [Taurat] dari tempat-tempatnya. Mereka mengatakan: “Jika diberikan ini [yang sudah dirobah-robah oleh mereka] kepada kamu, maka terimalah, dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka hati-hatilah” Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak sesuatupun [yang datang] daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak mensucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”.
Qalbu merupakan tempat dimana rasa kesopanansantunan dan kasih sayang berada (ra’fah wa rahmah). Allah menyatakan dalam QS. al-Hadid: 27.
ثُمَّ قَفَّيۡنَا عَلَىٰٓ ءَاثَـٰرِهِم بِرُسُلِنَا وَقَفَّيۡنَا بِعِيسَى ٱبۡنِ مَرۡيَمَ وَءَاتَيۡنَـٰهُ ٱلۡإِنجِيلَ وَجَعَلۡنَا فِى قُلُوبِ ٱلَّذِينَ ٱتَّبَعُوهُ رَأۡفَةً۬ وَرَحۡمَةً۬ وَرَهۡبَانِيَّةً ٱبۡتَدَعُوهَا مَا كَتَبۡنَـٰهَا عَلَيۡهِمۡ إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ رِضۡوَٲنِ ٱللَّهِ فَمَا رَعَوۡهَا حَقَّ رِعَايَتِهَاۖ فَـَٔاتَيۡنَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنۡہُمۡ أَجۡرَهُمۡۖ وَكَثِيرٌ۬ مِّنۡہُمۡ فَـٰسِقُونَ
“Kemudian Kami iringkan di belakang mereka rasul-rasul Kami dan Kami iringkan [pula] ‘Isa putera Maryam; dan Kami berikan kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka mengada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya kepada mereka tetapi [mereka sendirilah yang mengada-adakannya] untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak memeliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka Kami berikan kepada orang-orang yang beriman di antara mereka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik”.
Qalbu adalah tempat dimana hidayah (petunjuk) dari Allah datang menerangi. Allah berfirman dalam QS. al-Taghabun ayat 11:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۗ وَمَن يُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ يَہۡدِ قَلۡبَهُ ۥۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىۡءٍ عَلِيمٌ۬
“Tidak ada sesuatu musibahpun yang menimpa seseorang kecuali dengan izin Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.
Qalbu juga merupakan tempat ketakwaan seseorang tertanam di dalamnya. Firman Allah dalam QS. al-Hajj ayat 32:
ذَٲلِكَ وَمَن يُعَظِّمۡ شَعَـٰٓٮِٕرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقۡوَى ٱلۡقُلُوبِ
"“Demikianlah [perintah Allah]. Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah [1] maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati”.*
Qalbu merupakan kendali seluruh anggota badan, jika kendali itu sehat maka seluruh badan juga sehat dan jika kendali itu sakit maka seluruh badan akan sakit pula. Nabi SAW bersabda:
الا إن فى الجسد مضغة اذا صلحت صلح الجسد كله واذا فسدت فسد الجسد كله الا وهي القلب
“Ingatlah, sesungguhnya pada jasad seseorang ada segumpal darah, jika ia baik, maka baik pulalah seluruh anggota badan dan jika ia sakit (rusak), maka rusaklah seluruh anggota badan. Ingatlah, ia adalah qalbu (hati). (HR. Bukhari-Muslim).
Komentar
Posting Komentar